BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu panca indera manusia adalah telinga yang berfungsi untuk mendengar.
Apa jadinya jika kita tidak mampu lagi mendengar? Dunia yang indah ini akan
terasa hampa, hening dan sepi. Sebagai salah satu panca indera andalan, menjaga
kesehatan telinga sangatlah penting. Disini kami dari kelompok II merangkum
suatu materi tentang mekanisme terjadinya pendengaran serta gangguan yang
terjadi pada telinga manusia.
B.
Tujuan
1.
Agar mahasiswa mengerti macam macam gangguan
yang terjadi pada telinga manusia.
2.
Agar mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme
terjadinya pendengaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Telinga
Telinga adalah organ penginderaan
dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbangan). Indera pendengaran
berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara,
dan kemampuan berkomunikasi.
Telinga
merupakan sebuah organ yang mampu
mendeteksi/mengenal suara & juga banyak berperan dalam keseimbangan dan
posisi tubuh. Telinga pada manusia berfungsi untuk menjaga keseimbangan dan
lokalisasi suara.
Suara adalah bentuk energi yang
bergerak melewati udara, air, atau benda lainnya, dalam sebuah gelombang.
Walaupun telinga yang mendeteksi suara, fungsi pengenalan dan interpretasi
dilakukan di otak dan sistem saraf pusat. Rangsangan
suara disampaikan ke otak melalui saraf yang
menyambungkan telinga dan otak (nervus vestibulokoklearis).
B.
Anatomi
Fisiologi telinga
a.
Telinga Luar
terdiri dari aurikula (atau
pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh
struktur seperti cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang telinga).
Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus
melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali
lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu
pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius
eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal
mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di
meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis
auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral
mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat.
Anatomi
Telinga Luar
Dua pertiga medial tersusun atas
tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada
membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula
seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen.
Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke
bagian luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan
memberikan perlindungan bagi kulit.
a.
Telinga bagian Tengah
Telinga tengah tersusun atas
membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral dan kapsul otik di sebelah
medial celah telinga tengah terletak di antara kedua Membrana timpani terletak
pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga,
Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara
dan translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah
bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke
nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid
tulang temporal. Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu
malleus, inkus stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot,
dan ligamen, yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval
dan dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan
telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara
dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela
bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh
yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun
jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat
mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe.
Anatomi
Telinga Tengah
Tuba eustachii yang lebarnya
sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan telingah ke nasofaring.
Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot
palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba
berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam
telinga tengah dengan tekanan atmosfer.
Anatomi Telinga Dalam
Telinga dalam tertanam jauh di
dalam bagian tulang temporal. Organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan
(kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus fasialis) dan VIII
(nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi.
Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint. Ketiga
kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak membentuk sudut 90
derajat satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan dengan
keseimbangan.
Telinga
bagian Dalam
Organ ahir reseptor ini
distimulasi oleh perubahan kecepatan dan arah gerakan seseorang. Koklea
berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua setengah
lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan organ
Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak sem-purna mengisinya,Labirin
membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan
langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis.
Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis,
duktus koklearis, dan organan Corti. Labirin membranosa memegang cairan yang
dina¬makan endolimfe. Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe
dan endolimfe dalam telinga dalam; banyak kelainan telinga dalam terjadi bila
keseimbangan ini terganggu. Percepatan angular menyebabkan gerakan dalam cairan
telinga dalam di dalam kanalis dan merang-sang sel-sel rambut labirin
membranosa. Akibatnya terja¬di aktivitas elektris yang berjalan sepanjang
cabang vesti-bular nervus kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan
percepatan linear merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan
aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis VIII. Di
dalam kanalis auditorius internus, nervus koklearis (akus-dk), yang muncul dari
koklea, bergabung dengan nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis
semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus koklearis (nervus
kranialis VIII). Yang bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius
internus adalah nervus fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius
internus mem-bawa nervus tersebut dan asupan darah ke batang otak
C.
Mekanisme
Terjadinya Pendengaran
Gelombang suara dikumpulkan oleh telinga luar dan
disalurkan ke lubang telinga, dan menuju gendang telinga. Gendang Telinga
bergetar untuk merespons gelombang suara yang menghantamnya . Getaran
ini mengakibatkan tiga tulang (ossicle) di telinga tengah
bergerak. Secara mekanis getaran dari gendang telinga ini akan disalurkan,
menuju cairan yang berada di rumah siput( koklea). Getaran yang sampai di
koklea ini akan menghasilkan gelombang, sehingga rambut sel yang ada di
koklea akan bergerak. Gerakan ini mengubah energi mekanik tersebut menjadi
energi elektrik ke saraf pendengaran ( auditory nerve,) dan menuju ke
pusat pendengaran di otak. Pusat ini akan menerjemahkan energi tersebut menjadi
suara yang dapat dikenal oleh otak.
D.
Gangguan
Pendengaran
Gangguan pendengaran bisa terjadi pada siapa saja dan
pada semua umur , bisa sementara dan bahkan permanen.
Gangguan pendengaran disebabkan karena salah satu atau
lebih, bagian dari telinga tidak dapat berfungsi secara normal.
Ada dua jenis gangguan
pendengaran :
1. Gangguan
Konduktif
biasanya terjadi akibat kelainan
telinga luar, seperti infeksi serumen, atau kelainan telinga tengah, seperti
otitis media atau otosklerosis. Pada keadaan seperti itu, hantaran suara
efisien suara melalui udara ke telinga dalam terputus. Dengan kata lain ketika
gelombang suara terhalang masuknya dari lubang telinga dan gendang telinga
menuju ke rumah siput (koklea) dan Saraf Pendengaran(Auditory Nerve).
2. Gangguan
Sensoris
melibatkan kerusakan koklea atau
saraf vestibulokoklear. Selain kehilangan konduktsi dan sensori neural, dapat
juga terjadi kehilangan pendengaran campuran begitu juga kehilangan pendengaran
fungsional. Pasien dengan kehilangan suara campuran mengalami kehilangan baik
konduktif maupun sensori neural akibat disfungsi konduksi udara maupun konduksi
tulang. Kehilangan suara fungsional (atau psikogenik) bersifat inorganik dan
tidak berhubungan dengan perubahan struktural mekanisme pendengaran yang dapat
dideteksi biasanya sebagai manifestasi gangguan emosional.
E. Gejala
Kehilangan Pendengaran
Deterlorisasi
wicara
Individu yang bicara dengan
bagian akhir kata tldak jelas atau dihllangkan, atau mengeluarkan kata-kata
bernada datar, mungkin karena tidak mendengar dengan baik, Telinga memandu
suara, baik kekerasan maupun ucapannya.
Keletihan
Bila Individu merasa mudah lelah ketika mendengarkan percakapan atau pidato, keletihan bisa disebabkan oleh usaha keras untuk mendengarkan. Pada keadaan ini, Iridividu tersebut menjadl mudah tersinggung.
Bila Individu merasa mudah lelah ketika mendengarkan percakapan atau pidato, keletihan bisa disebabkan oleh usaha keras untuk mendengarkan. Pada keadaan ini, Iridividu tersebut menjadl mudah tersinggung.
Acuh
individu yang tak bisa mendengar perkataan orang lain mudah mengalami depresi dan ketidaktertarikan terhadap kehidupan secara umum. Menarik dlri dari sosial Karena tak mampu rnendengar apa yang terjadi di sekitarnya menyebabkan individu dengan gangguan pendengaran menarlk diri dari situasi yang dapat memalukannya.
individu yang tak bisa mendengar perkataan orang lain mudah mengalami depresi dan ketidaktertarikan terhadap kehidupan secara umum. Menarik dlri dari sosial Karena tak mampu rnendengar apa yang terjadi di sekitarnya menyebabkan individu dengan gangguan pendengaran menarlk diri dari situasi yang dapat memalukannya.
Rasa tak aman
Kehilangan rasa percaya diri dan
takut berbuat salah menciptakan suatu perasaan tak aman pada kebanyakan orang
dengan gangguan pendengaran. Tak ada seorang pun yang menginginkan untuk
mengatakan atau melakukan hal yang salah yang cenderung membuatnya nampak
bodoh. Tak mampu membuat keputusan-prokrastinal Kehilangan kepercayaan diri
membuat seseorang dengan gangguan pendengaran sangat kesulitan untuk membuat
keputusan.
Kecurigaan
Individu dengan kerusakan pendengaran, yang sering hanya mendengar sebagian dari yang dikatakan, bisa merasa curiga bahwa orang lain membicarakan dirinya atau bagian percakapan yang berhubungan dengannya sengaja diucapkan dengan lirih sehingga la tak dapat mandengarkan
Individu dengan kerusakan pendengaran, yang sering hanya mendengar sebagian dari yang dikatakan, bisa merasa curiga bahwa orang lain membicarakan dirinya atau bagian percakapan yang berhubungan dengannya sengaja diucapkan dengan lirih sehingga la tak dapat mandengarkan
Kabanggaan
semu
Individu dengan kerusakan
pendengaran berusaha menyembunyikan kehilangan pendengarannya. Konsekwensinya,
ia sering berpura-pura mendengar padahal sebenarnya tidak. Kesepian dan ketidak
bahagiaan Meskipun setiap orang selalu menginginkan ketenangan, namun kesunyian
yang dipaksakan dapat membosankan bahkan kadang menakutkan. Individu dengan
kehilangan pendengaran sering merasa (terasing) Kecenderungan untuk mendominasi
pembicaran. Banyak Individu dengan kerusakan pendengaran cenderung mendominasi
percakapan, mengetahui bahwa selama pembicaraan terpusat padanya sehingga ia
dapat mengontrol maka la tidak akan melakuKan kesalahan yang memalukan. (Seizin
Maico Hearing Instruments.)
Mekanisme yang paling sering
adalah kehilangan pendengaran yang diinduksi oleh kebisingan. Biasanya
kehilangan suara yang diinduksi kebisingan terjadi pada frekwensi tinggi
(sekitar 4000 Hz), meskipun dengan kebisingan terus-menerus kehilangan
pendengaran dapat menjadi lebih berat dan meliputi pula frekwensi di sekitarnya.
F.
Penyebab Penyakit Telinga
Pembersihan dengan alat apapun
akan menimbulkan rangsangan kuat pada kulit liang telinga karena terdapat
saraf-saraf yang peka di dalamnya. Rangsangan tersebut justru akan mendorong
kelenjar serumen berproduksi lebih banyak dan ini justru akan mengakibatkan
gangguan bagi telinga.
Saat membersihkan liang telinga,
tidak jarang kotoran berupa
minyak yang telah bercampur dengan debu yang 'ditangkapnya' justru akan
terdorong masuk ke bagian yang lebih dalam di sekitar gendang telinga. Dengan
frekuensi yang berulang, kotoran itu kemudian terkumpul dan membatu. Namun,
dalam kondisi tertentu, justru dapat menutup dan menghalangi gendang telinga
untuk menangkap getaran suara dari luar.
Telinga pun terasa gatal dan
tanpa disadari, kita akan mengorek-ngorek telinga. Pada beberapa kasus, cara itu malah bisa melukai gendang telinga
dan menimbulkan infeksi sampai bernanah yang dikenal dengan istilah medis otitis
media. Selanjutnya, bila telinga tersumbat sebelah, bisa
mengakibatkan pusing, kepala serasa
berputar, dan vertigo.
Langkah terbaik apabila ada
kotoran mengeras di liang telinga, segera ke dokter. Umumnya, dokter akan memberi obat tetes pemecah kotoran berupa
karbol gliserin 10%. Kemudian, kotoran disemprot agar keluar. Biasanya,
disertai dengan pemberian antibiotika untuk mencegah bakteri yang mungkin
menghuni luka akibat iritasi.
G. Pengkajian
Kemampuan Mendengar
Pemeriksaan Telinga .
Telinga luar diperiksa dengan inspeksi
dan palpasi lang-sung sementara membrana timpani diinspeksi, seperti telinga
tengah dengan otoskop dan palpasi tak langsung dengan menggunakan otoskop
pneumatic
Pengkajian Fisik
Inspeksi adanya :
·
deformitas, lesi
·
cairan begitu pula ukuran
·
simetris dan sudut penempelan ke kepala.
Gerakan aurikulus normalnya tidak
menimbulkan nyeri. Bila manuver ini terasa nyeri, harus dicurigai adanya otitis
eksterna akut. Nyeri tekan pada saat palpasi di daerah mastoid dapat
menunjukkan mastoiditis akut atau inflamasi nodus auri-kula posterior.
Terkadang, kista sebaseus dan tofus (de-posit mineral subkutan) terdapat pada
pinna. Kulit bersisik pada atau di belakang aurikulus biasanya menunjuk¬kan
adanya dermatitis sebore dan dapat terdapat pula di kulit kepala dan struktur
wajah.
Penggunaan uji Weber dan Rinne
memungkinkan kita membedakan
kehilangan akibat konduktif dengan kehi-langan sensorineural
Uji Weber
memanfaatkan konduksi tulang
untuk menguji adanya lateralisasi suara. Sebuah garpu tala dipegang erat pada
gagangnya dan pukulkan pada lutut atau pergelangan tangan pemeriksa. Kemudian
diletakkan pada dahi atau gigi pasien. Pasien ditanya apakah suara terdengar di
tengah kepala, di telinga kanan atau telinga kiri. Individu dengan pendengaran
normal akan mende¬ngar suara seimbang pada kedua telinga atau menjelaskan bahwa
suara terpusat di tengah kepala. Bila ada kehilang¬an pendengaran konduktif
(otosklerosis, otitis media), suara akan lebih jelas terdengar pada sisi yang
sakit. Ini disebabkan karena obstruksi akan menghambat ruang suara, sehingga
akan terjadi peningkatan konduksi tulang. Bila terjadi kehilangan
sensorineural, suara akan meng-alami lateralisasi ke telinga yang
pendengarannya lebih baik. Uji Weber berguna untuk kasus kehilangan
pende¬ngaran unilateral.
Uji Rinne
gagang garpu tala yang bergetar
ditempatkan di belakang aurikula pada tulang mastoid (konduksi tulang) sampai
pasien tak mampu lagi mendengar suara. Kemudian garpu tala dipindahkan pada
jarak 1 inci dari meatus kanalis auditorius eksternus (konduksi udara). Pada
keadaan normal pasien dapat terus mendengar¬kan suara, menunjukkan bahwa
konduksi udara berlang-sung lebih lama dari konduksi tulang. Pada kehilangan
pendengaran konduktif, konduksi tulang akan melebihi konduksi udara begitu
konduksi tulang melalui tulang temporal telah menghilang, pasien sudah tak
mampu lagi mendengar garpu tala melalui mekanisme konduktif yang biasa.
Sebaliknya kehilangan pendengaran sensorineural memungkinkan suara yang
dihantarkan melalui udara lebih baik dari tulang, meskipun keduanya merupakan
konduktor, yang buruk dan segala suara diterima seperti sangat jauh dan lemah.
Prosedur Diagnostik Auditorius
dan Vestibuler Dalam mendeteksi kehilangan pendengaran, audiometer adalah
satu-satunya instrumen diagnostik yang paling penting.
Uji audiometri ada dua macam:
1.
audiometri nada-murni, di mana stimulus suara
terdiri atas nada murni atau musik (semakin keras nada sebelum pasien bisa
mendengar berarti semakin besar kehilangan pendengarannya), dan
2.
audiometri wicara
di mana kata yang diucapkan
digunakan untuk menentukan kemampuan mendengar dan membedakan suara. Ahli
audiologi melakukan uji dan pasien mengenakan earphone dan sinyal mengenai nada
yang didengarkan. Ketika nada dipakai secara langsung pada meatus kanalis
auditorius eksiernus, kita mengukur konduksi udara. Bila stimulus diberikan
pada tulang mastoid, melintas mekanisme konduksi (osikulus), langsung menguji
konduksi saraf. Agar hasilnya akurat, evaluasi audiometri dilakukan di ruangan
yang kedap suara. Respons yang dihasil-kan diplot pada grafik yang dinamakan
audiogram.
Audiogram
Frekwensi
merujuk pada jumlah gelombang suara yang dihasilkan oleh sumber bunyi per detik siklus perdetik atau hertz (Hz). Telinga manusia normal mampu mendengar suara dengan kisaran frekwensi dari 20 sampai 20.000Hz. 500 sampai 2000 Hz yang paling penting untuk memahami percakapan sehari-hari (yang dikenal sebagai kisaran wicara. Nada adalah istilah untuk menggambarkan frekwensi; nada dengan frekwensi 100 Hz dianggap sebagai nada rendah, dan nada
10.000 Hz dianggap sebagai nada tinggi. Unit untuk mengukur kerasnya bunyi (intensitas suara) adalah desibel (dB), tekanan yang ditimbulkan oleh suara. Kehilangan pendengaran diukur dalam decibel, yang merupakan fungsi logaritma intensitas dan tidak bisa dengan mudah dikonversikan ke persentase.
Ambang kritis kekerasan adalah sekitas 30 dB.
merujuk pada jumlah gelombang suara yang dihasilkan oleh sumber bunyi per detik siklus perdetik atau hertz (Hz). Telinga manusia normal mampu mendengar suara dengan kisaran frekwensi dari 20 sampai 20.000Hz. 500 sampai 2000 Hz yang paling penting untuk memahami percakapan sehari-hari (yang dikenal sebagai kisaran wicara. Nada adalah istilah untuk menggambarkan frekwensi; nada dengan frekwensi 100 Hz dianggap sebagai nada rendah, dan nada
10.000 Hz dianggap sebagai nada tinggi. Unit untuk mengukur kerasnya bunyi (intensitas suara) adalah desibel (dB), tekanan yang ditimbulkan oleh suara. Kehilangan pendengaran diukur dalam decibel, yang merupakan fungsi logaritma intensitas dan tidak bisa dengan mudah dikonversikan ke persentase.
Ambang kritis kekerasan adalah sekitas 30 dB.
Ambang penerimaan wicara adalah tingkat intensitas suara di mana pasien
mampu tepat membedakan dengan benar stimuli wicara sederhana. Pembedaan wicara
menentukan kemampuan pasien untuk membedakan suara yang berbeda, dalam bentuk
kata, dalam tingkat desibel di mana suara masih terdengar.
pasien terhadap enam kondisi yang berbeda diukur dan menunjukkan sistem mana
yang terganggu. Persiapan uji ini sama dengan pada ENG.
0 Response to "SISTEM PERSEPSI SENSORI “MEKANISME TERJADINYA PENDENGARAN”"
Post a Comment
jangan lupa komentar nya gan :)