SISTEM MUSKULOSKELETAL “OSTEOPOROSIS”


SISTEM MUSKULOSKELETAL
OSTEOPOROSIS”

 



 

universitas muhammadiyah pringsewu

 






OLEH :
KELOMPOK V

1.        YOSEP FRANDI
2.        TIARA










MAJELIS PENDIDIKAN TINGGI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MUHAMMADIYAH PRODI S1 KEPERAWATAN
PRINGSEWU LAMPUNG
2011





KATA PENGANTAR

            Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah rahmat-Nya penulis telah berhasil menyelesaikan materi Sistem Muskuloskeletal “Osteoporosis”. Pada penulisan materi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunannya baik dari segi bahasa maupun pengolahannya. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan Saran yang sifatnya membangun demi tercapai suatu kesempurnaan dalam penulisan laporan.
            Penulis berharap, semoga materi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.



Penulis,




             



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang................................................................................. 1
B. Tujuan.............................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian........................................................................................ 2
B. Penyebab.......................................................................................... 4
C. Patofisiologi..................................................................................... 4
D. Manifestasi Klinis............................................................................ 5
G. Diagnosa Keperawatan.................................................................... 12
H. Asuhan Keperawatan....................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria. Hal ini disebabkan pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun sedangkan pada pria hormon testoteron turun pada usia 65 tahun.
Menurut statistik dunia 1 dari 3 wanita rentan terkena penyakit osteoporosis. Insiden osteoporosis meningkat sejalan dengan meningkatnya populasi usia lanjut.
Menurut WHO (1994), angka kejadian patah tulang (fraktur) akibat osteoporosis di seluruh dunia mencapai angka 1,7 juta orang dan diperkirakan angka ini akan terus meningkat hingga mencapai 6,3 juta orang pada tahun 2050 dan 71% kejadian ini akan terdapat di negaranegara berkembang. Di Indonesia 19,7% dari jumlah lansia atau sekitar 3,6 juta orang diantaranya menderita osteoporosis[5]. Lima provinsi dengan risiko osteoporosis lebih tinggi adalah Sumatra Selatan (27,75%), Jawa Tengah (24,02%), Yogyakarta (23,5%), Sumatra Utara (22,82%), Jawa Timur (21,42%), Kalimantan Timur (10,5%)[6]. Prevalensi wanita yang menderita osteoporosis di Indonesia pada golongan umur 50-59 tahun yaitu 24% sedang pada pria usia 60-70 tahun sebesar 62%.
Pada tahun 2005 terdapat 18 juta lanjut usia di Indonesia, jumlah ini akan bertambah hingga 33 juta pada tahun 2020 dengan usia harapan hidup mencapai 70 tahun[4]. Menurut data statistik Itali tahun 2004 lebih dari 44 juta orang Amerika mengalami osteopenia dan osteoporosis. Pada wanita usia ≥ 50 tahun terdapat 30% osteoporosis, 37-54% osteopenia dan 54% berisiko terhadap fraktur osteoporotik.
Dalam makalah ini kelompok akan membahas apa dan bagai mana cara penanganan Osteomilitis.

B.  Tujuan
1.        Agar mahasiswa mengerti pengertian dan penyebab osteoporosis
2.        Agar mahasiswa mengerti bagai mana cara penangannya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A.  Definisi Osteoporosis

Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah; tulang menjadi mudah fraktur dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal.

B.  Etiologi

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut:
a.      Determinan Massa Tulang
n Faktor genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari pacia bangsa Kaukasia. Jacii seseorang yang mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap fraktur karena osteoporosis.

n Faktor mekanis
Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetk. Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Dengan perkataan lain dapat disebutkan bahwa ada hubungan langsung dan nyata antara massa otot dan massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respons terhadap kerja mekanik Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang yang besar. Sebagai contoh adalah pemain tenis atau pengayuh becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot maupun tulangnya terutama pada lengan atau tungkainya; sebaliknya atrofi baik pada otot maupun tulangnya akan dijumpai pada pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam waktu yang lama, poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian belum diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa lama untuk meningkatkan massa tulang di sampihg faktor genetik

n Faktor makanan dan hormon
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang bersangkutan. Pemberian makanan yang berlebih (misainya kalsium) di atas kebutuhan maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan kemampuan genetiknya.

b.      Faktor Resiko Osteoporosis
  1. Usia
    • Tiap peningkatan 1 dekade, resiko meningkat 1,4-1,8
  2. Genetik
    • Etnis (kaukasia dan oriental > kulit hitam dan polinesia)
    • Seks (wanita > pria)
    • Riwayat keluarga
  3. Lingkungan, dan lainnya
    • Defisiensi kalsium
    • Aktivitas fisik kurang
    • Obat-obatan (kortikosteroid, anti konvulsan, heparin, siklosporin)
    • Merokok, alkohol
    • Resiko terjatuh yang meningkat (gangguan keseimbangan, licin, gangguan penglihatan)
    • Hormonal dan penyakit kronik
  • Defisiensi estrogen, androgen
  • Tirotoksikosis, hiperparatiroidisme primer, hiperkortisolisme
  • Penyakit kronik (sirosis hepatis, gangguan ginjal, gastrektomi)
    • Sifat fisik tulang
  • Densitas (massa)
  • Ukuran dan geometri
  • Mikroarsitektur
  • Komposisi
—-Selain itu ada juga faktor resiko faktur panggul yaitu,:
  1. Penurunan respons protektif
    • Kelainan neuromuskular
    • Gangguan penglihatan
    • Gangguan keseimbangan
  2. Peningkatan fragilitas tulang
    • Densitas massa tulang rendah
    • Hiperparatiroidisme
  3. Gangguan penyediaan energi
    • Malabsorpsi
C.  Klasifikasi Osteoporosis
Dalam terapi hal yang perlu diperhatikan adalah mengenali klasifikasi osteoporosis dari penderita. Osteoporosis dibagi 2 , yaitu :
1.    Osteoporosis primer
Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang menyebabkan peningkatan proses resorpsi di tulang trabekula sehingga meningkatkan resiko fraktur vertebra dan Colles. Pada usia dekade awal pasca menopause, wanita lebih sering terkena daripada pria dengan perbandingan 6-8: 1 pada usia rata-rata 53-57 tahun.

2.    Osteoporosis sekunder
Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain di luar tulang.
  • Osteoporosis idiopatik
Osteoporosis idiopatik terjadi pada laki-laki yang lebih muda dan pemuda pra menopause dengan faktor etiologik yang tidak diketahui

D.  Patogenesis

  • Dalam keadaan normal terjadi proses yang terus menerus dan terjadi secara seimbang yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodelling). Setiap ada perubahan dalam keseimbangan ini, misalnya proses resorbsi lebih besar dari proses pembentukan, maka akan terjadi penurunan massa tulang
  • Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun untuk tulang bagian korteks dan lebih dini pd bagian trabekula
  • Pada usia 40-45 th, baik wanita maupun pria akan mengalami penipisan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5 %/tahun dan bagian trabekula pada usia lebih muda
  • Pada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan tulang berkisar 20-30 % dan pd wanita 40-50 %
  • Penurunan massa tulang lebih cepat pd bagian-bagian tubuh seperti metakarpal, kolum femoris,  dan korpus vertebra
  • Bagian-bagian tubuh yg sering fraktur adalah vertebra, paha bagian proksimal dan radius bagian distal

E.  Manifestasi Klinis

  • Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibat fraktur kompressi pada vertebra (paling sering Th 11 dan 12 ) adalah:
  • Nyeri timbul mendadak
  • Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang
  • Nyeri berkurang pada saat istirahat di t4 tidur
  • Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan  dan akan bertambah oleh karena melakukan aktivitas
  • Deformitas vertebra thorakalis à Penurunan tinggi badan

F.   Pemeriksaan Diagnostik

a.Pemeriksaan non-invasif yaitu ;

1.    Pemeriksaan analisis aktivasi neutron yang bertujuan untuk memeriksa kalsium total dan massa tulang.
2.    Pemeriksaan absorpsiometri
3.    Pemeriksaan komputer tomografi (CT)
4.    Pemeriksaan biopsi yaitu bersifat invasif dan berguna untuk memberikan informasi mengenai keadaan osteoklas, osteoblas, ketebalan trabekula dan kualitas meneralisasi tulang. Biopsi dilakukan pada tulang sternum atau krista iliaka.
5.    Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kimia darah dan kimia urine biasanya dalam batas normal.sehingga pemeriksaan ini tidak banyak membantu kecuali pada pemeriksaan biomakers osteocalein (GIA protein).

b.      Pengobatan

n  Prinsip Pengobatan
·         Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat meningkatkan pembentukan tulan adalah Na-fluorida dan steroid anabolik
·         Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat mengahambat resorbsi tulang adalah kalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat

c.       Pencegahan

Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda, hal ini bertujuan:
n Mencapai massa tulang dewasa Proses konsolidasi) yang optimal
n Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugar seperti:
1.        Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)
2.        Latihan teratur setiap hari
3.        Hindari :
  • Makanan tinggi protein
  • Minum alkohol
  • Merokok
  • Minum kopi
  • Minum antasida yang mengandung aluminium

G. Proses Keperawatan

B.  Pengkajian

·      Promosi kesehatan, identifikasi individu dengan risiko mengalami osteoporosis dan penemuan masalah yang berhubungan dengan osteoporosis membentuk dasar bagi pengkajian keperawatan.

·      Wawancara meliputi pertanyaan mengenai terjadinya osteoporosis dalam keluarga, fraktur sebelumnya, konsumsi kalsium diet harian, pola latihan, awitan menopause dan penggunaan kortikoseteoroid selain asupan alkohol, rokok dan kafein. Setiap sengaja yang dialami pasien, seperti nyeri pingang, konstipasi atau ganggua citra diri harus digali.

·      Pemeriksaan fisik kadang menemukan adanya patah tulang kifosis vertebrata torakalis atau pemendekan tinggi badan. Masalah mobilitas dan pernapasan dapat terjadi akibat perubahan postur dan kelemahan otot. Konstipasi dapat terjadi akibat inaktivitas.


C.  Diagnosa Keperawatan

  1. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi
  2. Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot
  3. Konstipasi yang berhubungan dengan imobilitasi atau terjadinya ileus (obstruksi usus)
  4. Risiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungan dengan tulang osteoporotik
D.      Prioritas Masalah
  1. Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot
  2. Risiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungan dengan tulang osteoporotik
  3. Konstipasi yang berhubungan dengan imobilitasi atau terjadinya ileus (obstruksi usus)
  4. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi
E.       Rencana Keperawatan
1.    Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot
Intervensi :
INTERVENSI
RASIONAL
1.    Kaji tipe, intensitas, dan lokasi nyeri
2.    Atur posisi pasien dan pertahankan lingkungan yang tenang
3.    Ajarkan relaksasi dan teknik distraksi untuk mengalihkan perhatian,
4.    Anjurkan latihan postural secara rutin
5.    Kolaborasi dalam pemberian analgetik

1.    Untuk intervensi yg lebih spesifik
2.    Meningkatkan rasa nyaman

3.    Mengurangi nyeri

4.    untuk memperbaiki posisi tubuh
5.    Meredakan nyeri
2.    Risiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungan dengan tulang osteoporotik
Intervensi :
INTERVENSI
RASIONAL
1.    Tingkatkan aktivitas fisik.

2.    Berikan dorongan untuk melakukan latihan isometrik

3.    Berikan dorongan untuk berjalan, penggunaan mekanik tubuh yang baik, dan postur tubuh yang benar
4.    Hindari membungkuk tiba-tiba, gerakan mendadak, dan mengangkat berat

5.    Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas diluar rumah di bawah sinar matahari
1.         Menguatkan otot, mencegah atropi disuse, dan hambat demineralisasi tulang progresif.
2.         untuk menguatkan otot-otot trunkus

3.         Melatih tonus Otot



4.         Mecegah terjadinya cidera

5.         untuk meningkatkan kemampuan tubuh memproduksi vitamin D



3.    Konstipasi yang berhubungan dengan imobilitasi atau terjadinya ileus (obstruksi usus)

Intervensi :
INTERVENSI
RASIONAL
1.    Berikan dorongan untuk mengkonsumsi diet tinggi serat, tingkatan masukan cairan dan gunakan pelunak feces yang telah diresepkan
2.    Pantau masukan pasien, bising usus dan aktivitas usus (defekasi); ileus dapat terjadi jika kolaps vertebra mengenai tulang vertebra T10-12.

1.    Untuk mengurangi konstipasi




2.    Mengetahui perkembangan konstipasi klien





BAB III
PENUTUP
-Kesimpulan
  1. Pada osteoporosis terjadi perubahan mikro arsitektur tulang yang menyebabkan kerapuhan tulang.
  2. Faktor resiko osteoporosis yang meliputi usia, lamanya menopause dan kadar estrogen yang rendah, sedangkan faktor proteksinya adalah kadar estrogen yang tinggi, riwayat barat badan lebih atau obesitas dan latihan yang teratur
  3. Penyusutan kepadatan tulang mulai terjadi berangsur-angsur sejak perempuan berusia 30-40 tahun dan osteoporosis mulai dapat dijumpai kurang lebih 5-10 tahun setelah menopaouse.
  4. Terapi pada osteoporosis harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu terapi pencegahan dan terapi obat-obatan
-
Saran
  1. Memberikan edukasi yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya untuk meringankan penyakit
  2. Penatalaksanaan yang efektif dan efiisien pada penderita untuk mendapatkan hasil yang baik dan mencegah kekambuhan.
-




DAFTAR PUSTAKA

Broto R. Manifestasi Klinis dan Penatalaksanaan Osteoporosis. Jakarta : Buku keperawatan
Lane NE. Osteoporosis. Jakarta. Raja Grafindo Persada. 2003.
Sudoyo, Setiyohardi, Alwi, Simadibrata, Setiati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . Jilid II. Edisi IV. Jakarta: FKUI , 2006.
http://www.sabah.org.my/bm/nasihat/artikel_kesihatan/osteoporosis.
(di akses tanggal 25 desember 2011)
http://www.medicastore.com/nutrafor/isi.
(diakses tanggal 25 Desember 2011)

0 Response to "SISTEM MUSKULOSKELETAL “OSTEOPOROSIS”"

Post a Comment

jangan lupa komentar nya gan :)