ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRIKOMONIASIS

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Di Amerika Serikat terdapat sekitar 7.4 juta kasus baru setiap tahun. Secara global  WHO memperkirakan terdapat sekitar 180 juta kasus baru tiap tahunnya di seluruh dunia. Sementara angka prevalensinya bervariasi. 5% pada klien KB dan 75% pada pekerja seks. Trikomoniasis memiliki angka infeksi gabungan yang cukup tinggi dengan penyakit menular lain. Seperti ; Gonore, yang diketahui berhubungan secara signifikan dengan infeksi trikomoniasis. Trikomoniasis juga memfasilitasi penularan human immunodeficiency virus (HIV). Terjadi diseluruh dunia, mengenai sekitar 180 juta/tahun , 15% pada wanita dan 10% pria dengan seksualitas aktif . Di USA, infeksi ini merupakan salah satu penyebab terbanyak PMS dengan insiden 2-3 juta/tahun.
Di Indonesia Masih sedikit didapatkan penderita dengan trikomoniasis. Yayasan Kusuma Bua¬na melaporkan, prevalensi PMS khususnya trikomoniasis yang secara 'tidak sengaja' ditemukan pada pe¬meriksaan Pap Smear pada 6666 wanita usia 25-45 tahun dari 6 klinik di Jakarta mencapai 29%. Adapun penelitian lain di sebuah klinik di Bali pada tahun 1997-1998 menemukan bahwa dari 695 wanita yang mengalami abortus, 53% nya diketahui menderita infeksi saluran reproduksi dan 16,3% diantaranya adalah vaginosis bakterial, 15,5% kandidiasis, 7,3% trikomoniasis dan 5,2% chlamydia.
rakyat Indonesia hanya sebagian kecil yang mengerti tentang adanya infeksi menular seksual akibat trikomoniasis. Maka boleh disimpulkan walaupun pendidikan seks telah diberi kepada masyrakat namun upaya pencegahan yang diambil untuk menurunkan angka kejadian PMS amat sedikit. Kegagalan untuk mengkontrol PMS adalah mungkin disebabkan prioritas kurang diberikan oleh ‘policy-makers’ atau ‘planners’ untuk mengalokasikan sumber (resources) yang sewajarnya serta fasilitas untuk mendiagnosa dan health care kurang diberi perhatian oleh pemerintah.

B.    Tujuan
1.    Agar pembaca mengetahui pengertian trikomoniasis.
2.    Agar menambah wawasan pembaca tentang trikomoniasis bagaimana penyebab, komplikasi dan cara menghindari penyakit trikomoniasis.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A.    Definisi Trikomoniasis
Trikomoniasis adalah salah satu tipe dari Vaginitis, merupakan penyakit infeksi protozoa yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis, biasanya ditularkan melalui hubungan seksual, terutama sebagai Penyakit Menular Sexual (PMS) dan sering menyerang traktus urogenitalis bagian bawah yang dapat bersifat akut atau kronik dan pada wanita maupun pria, namun pada pria peranannya sebagai enyebab penyakit masih diragukan.
Trikomoniasis adalah PMS yang dapat diobati yang paling banyak terjadi pada perempuan muda dan aktif seksual.  Diperkirakan, 5 juta kasus baru terjadi pada perempuan dan laki-laki.



                             Gambar 1 :
Trichomonas vaginalis

Gambar 2 :
Trichomonas vaginalis (servic)

  



















B.    Etiologi
Trikomoniasis disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis.




Gambar 3 :
Parasit Trichomonas vaginalis
  
Gambar 4 :
Parasit Trichomonas vaginalis


















a.    Cara penyebaran trikomoniasis
Parasit ini menyebar melalui hubungan seksual dengan orang yang sudah terkena trikomoniasis. Trikomoniasis menyerang (uretra) saluran kemih pada pria namun biasanya tanpa gejala. Sedangkan pada wanita, trikomoniasis lebih sering menyerang vagina. Resiko untuk terkena penyakit ini tergantung aktivitas seksual orang tersebut.

b.    Faktor resiko:
•    Jumlah pasangan seksual selama hidupnya
•    Pasangan seksual saat ini
•    Tidak memakai kondom saat berhubungan seksual
•    Memakai kontarsepsi oral (pil KB) dan IUD


C.    Patofisiologi
Trichomonas vaginalis mampu menimbulkan peradangan pada dinding saluran urogenital dengan cara invasi sampai mencapai jaringan epitel dan sub epitel. Masa tunas rata-rata 4 hari sampai 3 minggu. Pada kasus yang lanjut terdapat bagian-bagian dengan jaringan granulasi yang jelas. Nekrosis dapat ditemukan di lapisan subepitel yang menjalar sampai di permukaan epitel. Di dalam vagina dan uretra parasit hidup dari sisa-sisa sel, kuman-kuman, dan benda lain yang terdapat dalam sekret
D.    Manifestasi Klinis
a.    Pada wanita :
•    Dinding vagina tampak kemerahan dan sembab (Strawberry Appearance)
•    Perdarahan kecil – kecil pada permukaan serviks.
•    Didapatkan rasa gatal dan panas di vagina.
•    Dysuria
•    Rasa sakit sewaktu berhubungan seksual (dispareunia) mungkin juga merupakan keluhan utama yang dirasakan penderita dengan trikomoniasis.
•    Dapat juga mengalami perdarahan pasca sanggama dan nyeri perut bagian bawah.
•    Bila sekret banyak yang keluar, dapat timbul iritasi pada lipat paha atau di sekitar bibir vagina.
•    Pada kasus yang kronis, gejala lebih ringan dan sekret vagina biasanya tidak berbusa.


Gambar Tanda dan Gejala dari Trikomoniasis :


Gambar 5 :
Vagina keluar cairan keruh 

 
Gambar 6 :
Vagina berbusa akibat parasit Trichomonas vaginalis

 b.    Pada pria :
biasanya tidak memberikan gejala. Kalaupun ada, pada umumnya gejala lebih ringan dibandingkan dengan wanita. Gejalanya antara lain :
•    iritasi di dalam penis
•    keluar cairan keruh namun tidak banyak
•    rasa panas dan nyeri setelah berkemih atau setelah ejakulasi.

E.    Prognosis
Metronidazol menunjukkan angka kesembuhan 95 % . Angka kesembuhan meningkat bila kontak seksual memakai pengaman.

F.    Komplikasi
Komplikasi trikomoniasis tersering pada wanita adalah pelvic inflammatory disease (PID) dan pada wanita hamil yang terinfeksi sering mengalami ruptur membrane yang prematur, bayi lahir premature atau bayi lahir dengan berat badan rendah. Pada laki-laki pula komplikasi yang terjadi termasuk prostatitis, ependydimitis, striktur urethra dan infertilitas. gonnorhoea dan Chlamydia (Handsfield, 2001).
Trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual yang dapat diobati jika didiagnosa awal. Maka penting agar masyarakat umum untuk mengetahui tentang trikomoniasis agar komplikasi penyakit ini dapat dihindari dan mengurangkan resiko penularan HIV.
Komplikasi Pada Kehamilan :
1.    Lahir premature
2.    Bayi berat lahir rendah
3.    Selulitis posthysterectomy

G.    Pemeriksaan Diagnostic
Pemeriksaan diagnostic yang dilakukan diantaranya :
a)    pH vagina
Menentukan pH vagina dengan mengambil apusan yang berisi sekret vagina pada kertas pH dengan range 3,5 –5,5. pH yang lebih dari 4,5 dapat disebabkan oleh Trichomonas vaginalis dan bacterial vaginosis.
b)    Apusan basah/Wet mount
Apusan basah dapat digunakan untuk identifikasi dari flagel, pergerakan dan bentuk teardrop dari protozoa dan untuk identifikasi sel. Tingkat sensitivitasnya 40–60 %, tingkat spesifiknya mendekati 100% jika dilakukan dengan segera.
c)    Pap Smear
Tingkat sensitivitasnya 40 – 60 %. Spesifikasinya mendekati 95–99%.
d)    Test Whiff
Tes ini digunakan untuk menunjukkan adanya amina-amina dengan menambahkan Potassium hidroksid ke sampel yang diambil dari vagina dan untuk mengetahui bau yang tidak sedap.
e)    Kultur
Dari penelitian Walner – Hanssen dkk, dari insiden Trikomoniasis dapat deteksi dengan kultur dan tidak dapat dideteksi dengan Pap Smear atau apusan basah.Kebanyakan dokter tidak mengadakan kultur dari sekresi vagina secara rutin.
f)    Direct Imunfluorescence assay
Cara ini lebih sensitive daripada apusan basah, tapi kurang sensitive dibanding kultur. Cara ini dilakukan untuk mendiagnosa secara cepat tapi memerlukan ahli yang terlatih dan mikroskop fluoresesensi.

g)    Polimerase Chain Reaction.
Cara ini telah dibuktikan merupakan cara yang cepat mendeteksi Trichomonas vaginalis.

H.    Pencegahan
Karena trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual, cara terbaik menghindarinya adalah tidak melakukan hubungan seksual.
Beberapa cara untuk mengurangi tertularnya penyakit ini antara lain:
1.    Pemakaian kondom dapat mengurangi resiko tertularnya penyakit ini.
2.    Tidak pinjam meminjam alat-alat pribadi seperti handuk karena parasit ini dapat hidup di luar tubuh manusia selama 45 menit.
3.    Bersihkan diri sendiri segera setelah berenang di tempat pemandian umum.

I.    Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1.    Identitas Klien
2.    Keluhan Utama
    Nyeri
    Luka
    Perubahan fungsi seksual
3.    Riwayat Penyakit
    Riwayat penyakit sekarang : Keluhan Klien menderita infeksi alat kelamin
    Dahulu: Riwayat keluarga mempunyai penyakit serupa, gangguan reproduksi
4.    Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan bagian luar
    Rambut pubis, distribusi, bandingkan sesuai usia perkembangan klien
    Kulit dan area pubis, adakah lesi, eritema, visura, leokoplakia dan eksoria
    Labia mayora, minora, klitoris, meatus uretra terhadap pemebengkakan ulkus, keluaran cairan dan nodul
2.    Pemeriksaan Bagian Dalam
    Serviks: ukuran, laserasi, erosi, nodula, massa, keluaran dan warnanya
    Raba dinding vagina: Nyeri tekan dan nodula.
    Serviks: posisi, ukuran, konsistensi, regularitas, mobilitas dan nyeri tekan
    Uterus: ukuran, bentuk, konsistensi dan mobilitas
    Ovarium: ukuran, mobilitas, bentuk, konsistensi dan nyeri tekan
B.    Diagnosa
1.    Nyeri Berhubungan dengan reaksi infeksi
2.    Resiko infeksi Berhubungan dengan kontak dengan mikroorganisme
3.    Disfungsi seksual Berhubungan dengan perubahan kesehatan seksual
4.     Risiko penularan Berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang sifat menular dari penyakit
5.    Cemas Berhubungan dengan penyakit yang diderita
6.    Harga diri rendah Berhubungan dengan penyakit
7.    Kurang pengetahuan Berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan

J.    Penatalaksanaan
a.    Pengobatan secara topikal atau sistemik.
1.    Secara topikal dapat berupa :
•    Bahan cairan berupa irigasi,misalnya Hidrogen peroksida 1- 2 % dan larutan asam laktat 4%
•    Bahan berupa supositoria,bubuk yang bersifat trikomonoasidal
•    Jel dan krim yang berisi zat trikomonoasidal
2.    Secara sistemik (oral) :
Obat yang sering digunakan tergolong derivat nitromidazol seperti :
•    Metronidazol : dosis tunggal 2 gram atau 3 x 500 mg / hari selama 7 hari
•    Nimorazol : dosis tunggal 2 gram
•    Tinidazol : dosis tunggal 2 gram
•    Omidazol : dosis tunggal 1,5 gram
b.    Pengobatan Mitra (pasangan) Seksual
Mitra seksual harus diobati sesuai dengan rejimen penderita. Dosis yang dianjurkan untuk mitra seksual pria adalah dosis multiple selama 7 hari. Efektifitas dosis tunggal belum banyak diteliti. Latief melaporkan 40% kegagalan pengobatan pada pria dengan dosis tunggal.

c.    Pengobatan Pada Kehamilan
Pengobatan Trichomoniasis dalam kehamilan perlu dilakukan. Mengingat bahwa infeksi pada bayi dapat mengakibatkan secret vagina yang berlebihan, piuria dan irritability.
Metronidazol kontra indikasi dalam kehamilan trimester I, sedangkan obat yang lain tidak ada yang manjur, oleh karena itu metronidazol diberikan pada trimester II atau ke III dengan dosis tunggal sebanyak 2 gram.
Pada waktu pengobatan perlu beberapa anjuran pada penderita :
•    Pemeriksaan dan pengobatan kepada pasangan seksual untuk mencegah jangan terjadi infeksi
•    Jangan melakukan hubungan seksual selama pengobatan sebelum dinyatakan sembuh
•    Hindari pemakaian barang – barang yang mudah menimbulkan transmisi.
•    Infeksi Pada Neonatus
•    Bayi dengan trikomoniasis simtomatik atau dengan kolonisasi T. vaginalis melewati umur 4 bulan, harus diobati dengan metronidasol, 5 mg/kg oral, 3 x sehari selama 5 hari.

d.    Infeksi Oleh Galur Resisten
Dengan munculnya laporan-laporan mengenai galur T. vaginalis yang resisten terhadap metronidasol, maka dalam menghadapi kegagalan pengobatan selalu harus diperhatikan bahwa pengobatan konvensional sampai saat ini sangat jarang mengalami kegagalan. Berdasarkan hal tersebut, maka sebelum menyatakan galur penyebab tersebut resisten terhadap metronidasol, hendaknya disingkirkan dahulu factor-faktor yang dapat menimbulkan kegagalan pengobatan, yaitu:
•    Konsentrasi metronidasol yang tidak mencukupi,
•    Inaktivasi metronidasol oleh bakteri,
•    Konsentrasi seng dalam serum yang rendah,
•    Reinfeksi.
Pengobatan local tidak dianjurkan, karena jarang sekali diperlukan kecuali pada penderita yang tidak tahan terhadap pemberian obat oral atau telah terjadi kegagalan pada pengobatan oral. Infeksi dengan galur resisten kadang-kadang responsive dengan pengobatan local.

e.    Vaksinasi
Usaha mengadakan vaksinasi telah dilaksanakan dengan menggunakan vaksin Lactobacillus acidophilus, namun kegagalan vaksiasi telah dilaporkan. Telah dilaporkan pula bahwa ternyata tidak ada reaktivitas silang antara L. acidophilus dengan T. vaginalis.



DAFTAR PUSTAKA


Fahmi, Sjaiful. 2001. Penyakit Menular Seksual, Edisi 2. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Mandals, dkk. 2006. Penyakit Infeksi, Edisi 6. Jakarta. Erlangga

Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan, Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka



0 Response to "ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRIKOMONIASIS"

Post a Comment

jangan lupa komentar nya gan :)