ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN RETINOBLASTOMA

BAB I
PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang
Sebagian besar penderita dengan retinoblastoma aktif ditemukan pada usia 3 tahun, sedang bila terdapat binokuler biasanya terdapat pada usia lebih muda atau 10 bulan. Retinoblastoma dapat ditemukan dalam bentuk yang regresi terutama pada anak-anak.
 Diperkirakan 250-350 kasus baru Retinoblastoma terdiagnosa di USA, 5000 kasus ditemukan di seluruh dunia. Lebih dari 95% anak dengan Retinoblastoma di USA dan di beberapa negara maju bertahan atas keganasan ini, dimana sekitar 50% bertahan di seluruh dunia. Perbedaan ini disebabkan adanya deteksi dini di USA dan negara maju dimana tumor masih berada di mata, sedangkan pada negara berkembang Retinoblastoma sering terdeteksi setelah adanya invasi ke orbita atau otak.
Pada saat terakhir ini terlihat kenaikan jumlah anak menderita retinoblastoma di Indonesia. Kenaikan insiden tumor ini mungkin sekali akibat sudah meningkatnya penerangan  akan  tumor  pada  anak,  sehingga  prang  tua  penderita  lebih  cepat memeriksakan mata anaknya.
B.    Tujuan
1.    Agar mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Retinoblastoma
2.    Agar mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dan patofisiologi serta penyebab terjadinya Rertinoblastoma




BAB II
TINJAUAN TEORI



sumber : eyetlas
A.    Pengertian
Retinoblastoma adalah tumor retina yang terdiri atas sel neuroblastik yang tidak berdiferensiasi dan merupakan tumor ganas retina pad anak. 40  %  penderita  retinoblastoma  merupakan  penyakit  herediten.  Retinoblastoma merupakan tumor yang bersifat autosomal dominan dan merupakan tumor embrional. (Mansjoer, 2005)
Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas penyebaran daripada serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca dan koroid. Bagian anterior berakhir pada ora serata, di bagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat makula lutea (bintik kuning) kira-kira berdiameter 1 – 2 mm yang  berperan  penting  untuk  tajam penglihatan.  Di  tengah  makula  lutea  terdapat bercak mengkilap yang merupakan reflek fovea. Kira-kira 3 mm ke arah nasal kutub belakang bola mata terdapat daerah bulat putih kemerah-merahan, disebut papil saraf optik,  yang  di  tengahnya  agak  melekuk  dinamakan  eksvakasi  foali.  Arteri  retina sentral bersama venanya masuk ke dalam bola mata di tengah papil saraf optik.
Retina meluas ke depan hampir mencapai badan siliaris. Struktur ini tersusun dalam 10 lapisan dan mengandung sel batang (rods) dan sel kerucut (cones), yang merupakan reseptor penglihatan, ditambah 4 jenis neuron:
1.    Sel bipolar
2.    Sel ganglion
3.    Sel horizontal
4.    Sel amakrin
Karena lapisan saraf pada retina disatukan bersama-sama oleh sel-sel glia yang disebut sel muller. Tonjolan-tonjolan dari sel-sel ini membentuk membran pembatas dalam di permukaan dalam retina dan membran pembatas luar di lapisan reseptor.
Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas lapisan:
  1. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.
  2. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.
  3. Lapis nukleus, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang.
  4. Ketiga lapis di atas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid.
  5. Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aseluler dan merupakan tempat sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
  6. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel muller lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.
  7. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aseluler merupakan tempat sinaps sel tripolar, sel amakrin dengan sel ganglion.
  8. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.
  9. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arah saraf optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina.
  10. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan kaca.
  11. Warna  retina  biasanya  jingga  dan  kadang-kadang  pucat  pada  anemia  dan iskemia dan merah pada hyperemia.
Untuk  melihat  fungsi  retina  maka  dilakukan  pemeriksaan  subjektif  retina seperti: tajam penglihatan, penglihatan warna, dan lapang pandangan. Pemeriksaan objektif adalah:
•    Elektroretino-gram (ERG)
•    Elektro-okulogram (EOG)
•    Visual Evoked Respons (VER)
•     Fungsi Retina
Fungsi  retina  pada  dasarnya  adalah  menerima  bayangan  visual  yang dikirim  ke  otak.  Bagian  sentral  retina  atau  daerah  makula  mengandung  lebih banyak fotoreseptor kerucut daripada bagian perifer retina.
  • Sel kerucut (cones) yang berjumlah 7 juta dan paling banyak di region fovea, berfungsi  untuk  sensasi  yang  nyata  (penglihatan  yang  paling  tajam)  dan penglihatan warna.
  • Sel batang (rods) untuk sensasi yang sama-samar pada waktu malam atau cahaya  remang.  Sel  ini  mengandung  pigmen  visual  ungu  yang  disebut rhodopsin.
B.    Penyebab
Retinoblastoma  terjadi  karena  kehilangan  kedua  kromosom  dari  satu  alel dominan protektif yang berada dalam pita kromosom 13g14g. Bisa karena mutasi atau diturunkan.
Mutasi terjadi akibat perubahan pada rangkaian basa DNA. Peristiwa ini dapat timbul karena kesalahan replikasi, gerakan, atau perbaikan sel. Mutasi dalam sebuah sel benih akan ditransmisikan kepada turunan sel tersebut. Sejumlah faktor, termasuk virus, zat kimia, sinar ultraviolet, dan radiasi pengion, akan meningkatkan laju mutasi. Mutasi kerapkali mengenai sel somatic dan kemudian diteruskan kepada generasi sel berikutnya dalam suatu generasi.


Tumor mata ini, terbagi atas IV stadium, masing-masing :
•    Stadium I : menunjukkan tumor masih terbatas pada retina (stadium tenang)
•    Stadium II : tumor terbatas pada bola mata.
•    Stadium III : terdapat perluasan ekstra okuler regional, baik yang melampaui ujung nervus optikus yang dipotong saat enuklasi.
•    Stadium IV : ditemukan metastase jauh ke dalam otak.
Pada  beberapa  kasus  terjadi  penyembuhan  secara  spontan,  sering  terjadi perubahan degeneratif, diikuti nekrosis dan klasifikasi. Pasien yang selamat memiliki kemungkinan 50 % menurunkan anak dengan retinoblastoma.
D. Manifestasi Klinis
1.    Leukokoria merupakan keluhan dan gejala yang paling sering ditemukan.
2.   Tanda dini retinoblastoma adalah mata juling, mata merah atau terdapatnya warna iris yang tidak normal.
3.  Tumor dengan ukuran sedang akan memberikan gejala hipopion, di dalam bilik mata depan, uveitis,   endoftalmitis, ataupun suatu panoftalmitis.
4.    Bola mata menjadi besar, bila tumor sudah menyebar luas di dalam bola mata.
5.    Bila terjadi nekrosis tumor, akan terjadi gejala pandangan berat.
6.    Tajam penglihatan sangat menurun.
7.    Nyeri
8.    Pada tumor yang besar, maka mengisi seluruh rongga badan kaca sehingga badan kaca terlihat benjolan berwarna putih kekuning-kuningan dengan pembuluh darah di atasnya.



E.    Pemeriksaan
  • Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk pasien dengan metastase ke luar misalnya dengan gejala proptosis bola mata.
  • Elektroretino-gram (ERG), berguna untuk menilai kerusakan luas pada retina.
  • Elektro-okulogram (EOG)
  • Visual  Evoked  Respons  (VER),  berguna  untuk  mengetahui  adanya  perbedaan rangsangan yang sampai ke korteks sehingga dapat diketahui adanya gangguan rangsangan/penglihatan pada seseorang.
F. Penatalaksanaan
Semua tujuan terapi adalah merusak tumor dan mempertahankan penglihatan yang  memungkinkan  tanpa  membahayakan  hidup.  Terapi  primer  retinoblastoma unilateral biasanya enuklasi, kendatipun pada kasus-kasus tertentu, alternatif seperti krioterapi, fotokoagulan atau radiasi dapat dipertimbangkan.
  • Bila  tumor  masih  terbatas  intraokuler,  pengobatan  dini  mempunyai rognosis yang baik, tergantung dari letak, besar dan tebal.
  • Pada  tumor  yang  masih  intraokuler  dapat  dilakukan  krioterapi, fotokoagulasi laser, atau kombinasi sitostatik dan fotokoagulasi laser untuk mempertahankan visus.
  • Pada  tumor  intraokuler  yang  sudah  mencapai  seluruh  vitreous  dan visus  nol, dilakukan enuklasi.
  • Bila  tumor  telah  keluar  bulbus  okuli,  tapi  masih  terbatas  di  rongga orbita, dilakukan kombinasi eksenterasi, radioterapi, dan kemoterapi.
Pasien  harus  terus  dievaluasi  seumur  hidup  karena  20  –  90  %  pasien retinoblastoma bilateral akan menderita tumor ganas primer, terutama osteosarkoma.

G. Prognosis
Tumor  mempunyai  prognosis  baik  bila  ditemukan  dini  dan  intraokuler. Prognosis  sangat  buruk  bila  sudah  tersebar  ekstra  ocular  pada  saat  pemeriksaan pertama. Tumor dapat masuk ke dalam otak melalui saraf optik yang terkena infiltrasi sel tumor.

H. Komplikasi
•    lepasnya Retina (ablasio retina)
•    peninggian tekanan bola mata (glucoma)

I. Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
A. Pengkajian yang penting untuk retinoblastoma
1.    Riwayat Penyakit sekarang
2.    Riwayat trauma sebelum atau sesudah ada keluhan
    Trauma dapat memberikan kerusakan pada seluruh lapis kelopak ataupun bola  mata.  Trauma  sebelumnya  dapat  juga  memberikan  kelainan  pada  mata tersebut sebelum meminta pertolongan.
3.    Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama sebelumnya
    Retinoblastoma  bersifat  herediter  yang  diwariskan  melalui  kromosom, protein  yang  selamat  memiliki  kemungkinan  50  %  menurunkan  anak  dengan retinoblastoma.
4.    Keluhan Penyerta
   Keluhan  sakit  kepala  merupakan  keluhan  paling  sering  diberikan  oleh penderita. Adanya keluhan pada organ lain juga bisa diakibatkan oleh tumor yang bermetastase.
5.    Penyakit mata sebelumnya
    Kadang-kadang  dengan  mengetahui  riwayat  penyakit  mata  sebelumnya akan  dapat  menerangkan  tambahan  gejala-gejala  penyakit  yang  dikeluhkan penderita.
6.    Usia penderita
    Dikenal    beberapa   jenis    penyakit   yang    terjadi   pada   usia    tertentu. Retinoblastoma  umumnya  ditemukan  pada  anak-anak,  terutama  pada  usia di bawah 5 tahun 


J.     Diagnosa Keperawatan
1.    Gangguan     rasa    nyaman      nyeri     berhubungan      dengan     proses    penyakit (kompresi/dekstruksi jaringan saraf)

Tujuan :
Nyeri teratasi dengan kriteria:
  •  Menunjukkan/melaporkan hilangnya nyeri secara maksima.
  •  Menunjukkan         tindakan         santai,        mampu        berpartisipasi         dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan maksimal.
  • Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan sesuai indikasi untuk situasi individu.


Tindakan/Intervensi    Rasional
Mandiri:
Tentukan riwayat nyeri, misalnya lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan intensitas (skala 0 – 10) dan tindakan penghilangan yang digunakan.    Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/keefektifan intervensi. Catatan: pengalaman nyeri adalah individual yang digabungkan dengan baik respon fisik dan emosional.
Evaluasi/sadari terapi tertentu. Misalnya pembedahan, radiasi, kemoterapi, bioterapi, ajarkan pasien/orang terdekat apa yang diharapkan.    Ketidaknyamanan rentang luas adalah umum (misalnya: nyeri insisi, sakit kepala) tergantung pada prosedur/agen yang digunakan.
Berikan tindakan kenyamanan dasar (misalnya: reposisi) dan aktivitas hiburan (misalnya: mudik, televisi).    Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian
Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri (misalnya: teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imaginasi), tertawa, musik, dan sentuhan terapeutik.    Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol.
Evaluasi penglihatan nyeri/kontrol nilai aturan pengobatan bila perlu    Tujuannya adalah kontrol nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada AKS
Kolaborasi:
Kembangkan rencana manajemen nyeri dengan pasien dan dokter.

Berikan analgesik sesuai indikasi
    Rencana terorganisasi mengembangkan kesempatan untuk kontrol nyeri. Terutama dengan nyeri kronis, pasien/orang terdekat harus aktif menjadi partisipan dalam manajemen nyeri di rumah.
Nyeri adalah komplikasi sering dari kanker, meskipun respon individual berbeda. Saat perubahan penyakit/pengobatan terjadi, penilaian dosis dan pemberian akan diperlukan.
2.    Gangguan    persepsi     sensorik     penglihatan      berhubungan      dengan     gangguan penerimaan sensori dari organ penerima
Tujuan :
Mempertahankan  lapang  ketajaman  penglihatan  tanpa  kehilangan  lebih  lanjut, dengan kriteria:
•    Berpartisipasi dalam program pengobatan
•    Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
•    Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Tindakan/Intervensi    Rasional
Mandiri:
Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat.    Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progresif. Bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada laju yang berbeda.
Orientasikan pasien terhadap lingkungan dan orang lain di sekitarnya.    Memberikan peningkatan  kenyamanan dan kekeluargaan, dan menurunkan cemas.
Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan    Memungkinkan pasien melihat objek lebih mudah dan memudahkan panggilan untuk pertolongan bila diperlukan.
Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan/kemungkinan kehilangan penglihatan    Sementara intervensi dini mencegah kebutaan, pasien menghadapi kemungkinan atau mengalami pengalaman kehilangan penglihatan sebagian atau total. Meskipun kehilangan penglihatan telah terjadi tak dapat diperbaiki, kehilangan lanjut dapat dicegah.
Lakukan tindakan untuk membantu pasien untuk menangani keterbatasan penglihatan, contoh, atur perabot/ mainan, perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam.    Menurunkan bahaya keamanan, sehubungan dengan perubahan lapang pandang/kehilangan penglihatan dan akomodasi pupil terhadap sinar lingkungan.
Kolaborasi:
Siapkan intervensi bedah sesuai indikasi.
Pelaksanaan krioterapi, fotokoagulasi laser atau kombinasi sitostatik.    Pengangkatan bola mata, dilakukan apabila tumor sudah mencapai seluruh vitreous dan visus nol, dilakukan untuk mencegah tumor bermetastasis lebih jauh.
Dilakukan apabila tumor masih intraokuler, untuk mencegah pertumbuhan tumor akan mempertahankan visus.

3.    Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan Kurangnya Informasi
Tujuan :
•    Kecemasan teratasi dengan kriteria:
  • Tampak rileks dan melaporkan cemas menurun sampai tingkat dapat teratasi.
  • Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah
  • Menggunakan sumber secara efektif.


Tindakan/Intervensi    Rasional
Mandiri:
Kaji tingkat ansietas, derajat pengalaman nyeri/timbulnya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini  
Faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri dan potensial siklus ansietas.
Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan dengan keluarga bahwa pengawasan dan pengobatan dapat mencegah kehilangan penglihatan tambahan.    Menurunkan ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan/harapan yang akan datang dan memberikan dasar fakta untuk membuat pilihan informasi tentang pengobatan.
Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan    Memberikan kesempatan kepada pasien menerima situasi nyata, mengklarifikasi salah konsepsi dan pemecahan masalah.
Identifikasi sumber/orang yang menolong    Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri dalam menghadapi masalah.

4.    Resiko  tinggi  cedera berhubungan  dengan  keterbatasan  lapang  pandang
Tujuan :
Resiko cedera berkurang, dengan kriteria:
  • Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan untuk melindungi diri cedera.
  • Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.
  • Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.



Tindakan/Intervensi    Rasional
Mandiri:
Orientasikan pasien klien terhadap lingkungan, staf, dan orang lain yang ada di areanya.    Memberi peningkatan kenyamanan, memudahkan adaptasi terhadap lingkungannya dan mengetahui tempat untuk meminta bantuan pada saat membutuhkan.
Anjurkan keluarga memberikan mainan yang aman (tidak pecah), dan pertahankan pagar tempat tidur.    Menurunkan resiko memecahkan mainan dan jatuh dari tempat tidur
Arahkan semua alat mainan yang dibutuhkan klien pada tempat sentral pandangan klien, dan mudah untuk dijangkau.
    Memfokuskan lapang pandang dan mencegah cedera pada saat berusaha untuk menjangkau mainan.

Kolaborasi:
Pemberian analgesik, misalnya : acetaminophen (tyenol), empirin dengan kodein.  
Digunakan untuk mengatasi ketidaknyamanan, meningkatkan istirahat/mencegah gelisah

5.    Kurangnya  pengetahuan  keluarga  sehubungan  dengan  kurangnya  informasi mengenai penyakit anaknya.
Tujuan :
  • Keluarga memahami tentang penyakit anaknya dengan kriteria:
  • Mengikuti  instruksi  dengan  prosedur  yang  benar  dan  menjelaskan  alasan tindakan
  • Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan.
  • Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit.


Tindakan/Intervensi    Rasional
Mandiri:
Beri penjelasan tentang kondisi pasien, prognosis, dan pengobatannya.    Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerjasama dalam pemberian tindakan.
Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin.    Pengawasan periodik menurunkan resiko komplikasi serius.
Diskusikan dengan keluarga tentang pentingnya menghindari atau mengurangi situasi pencetus stress.    Stress dapat menambah ketegangan pada mata dan memperburuk keadaannya.
Ajarkan cara mengatasi nyeri dengan teknik relaksasi, tertawa, musik, dan sentuhan terapeutik.    Dapat membantu mengurangi nyeri apabila nyeri pada klien timbul.

V. Implementasi
Dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan, menjelaskan setiap tindakan yang  akan  dilakukan  sesuai  dengan  pedoman  atau  prosedur  teknis  yang  telah ditentukan.

VI.  Evaluasi
Kriteria keberhasilan:
  • Berhasil
  • Tuliskan kriteria keberhasilannya dan tindakan dihentikan.
  • Tidak berhasil
  • Tuliskan mana yang belum berhasil dan lanjutkan tindakan.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Retinoblastoma adalah tumor retina yang terdiri atas sel neuroblastik yang tidak berdiferensiasi dan merupakan tumor ganas retina pad anak. 40  %  penderita  retinoblastoma  merupakan  penyakit  herediten.  Retinoblastoma merupakan tumor yang bersifat autosomal dominan dan merupakan tumor embrional.
Penyebab :
Retinoblastoma  terjadi  karena  kehilangan  kedua  kromosom  dari  satu  alel dominan protektif yang berada dalam pita kromosom 13g14g. Bisa karena mutasi atau diturunkan.
Komplikasi :
•    lepasnya Retina (ablasio retina)
•    peninggian tekanan bola mata (glucoma)







DAFTAR PUSTAKA


Doenges, Marilynn, E., et. al., 1999, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan  dan  Pendokumentasian  Perawatan  Pasien,  Edisi  3,  EGC, Jakarta.
Ganong, William, F., 1998, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, EGC, Jakarta.

1 Response to "ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN RETINOBLASTOMA"

jangan lupa komentar nya gan :)