STUDI OBSERVASI KEPATUHAN PERAWAT UNTUK MELAKUKAN CUCI TANGAN PADA SETIAP TINDAKAN KEPERAWATAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang Undang Nomor 44 tentang rumah sakit menyatakan bahwa “Setiap pasien mempunyai hak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit” (Tunggal, 2010). Di rumah sakit kebiasaan cuci tangan pada petugas kesehatan merupakan perilaku yang mendasar sekali dalam upaya mencegah cross infection (infeksi silang). Hal ini mengingat rumah sakit sebagai tempat berkumpulnya segala macam penyakit, baik menular maupun tidak menular. Karena itu seluruh petugas kesehatan khususnya perawat pelaksana yang bekerja di rumah sakit seharusnya mengetahui pentingnya pencegahan infeksi. Sebagian besar infeksi dapat dicegah dengan prilaku mencuci tangan (Tietjen, Bossemeyer & McIntosh, 2004).
Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespons (Skinner dalam Notoatmodjo, 2003). Perilaku cuci tangan perawat merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan dalam pencegahan terjadinya infeksi nosokomial. Perawat memiliki andil yang sangat besar terhadap terjadinya penyebaran infeksi karena perawat berinteraksi secara langsung dengan pasien selama 24 jam (Sulianti, 2005).

Perilaku mencuci tangan perawat yang kurang adekuat akan memindahkan organisme – organisme bakteri patogen secara langsung kepada hospes yang menyebabkan Penyebaran infeksi di semua jenis lingkungan pasien. Mencuci tangan sebaiknya dilakukan sebelum perawat memeriksa (kontak langsung). Mencuci tangan juga sebaiknya dilakukan setelah perawat melakukan kontak yang lama dan intensif dengan pasien, setelah memegang instrument atau alat yang kotor dan setelah menyentuh selaput lendir, darah serta setelah melepaskan sarung tangan. Perawat harus mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan ke pasien agar tidak terjadi penyebaran infeksi (WHO, 2005).
Penyebaran infeksi ini di pengaruhi oleh kepatuhan perawat terhadap pelaksanaan dan tindakan keperawatan. Kepatuhan adalah tingkat seseorang melaksanakan suatu cara atau berperilaku sesuai dengan apa yang disarankan atau dibebankan kepadanya. Dalam hal ini kepatuhan pelaksanaan prosedur berfungsi untuk selalu memenuhi petunjuk atau peraturan-peraturan dan memahami etika keperawatan di tempat perawat tersebut bekerja. Kepatuhan merupakan modal dasar seseorang berperilaku (Adiwimarta, Maulana & Suratman, 1999)
Kepatuhan perawat dalam menerapkan perilaku cuci tangan sebelum atau sesudah melakukan tindakan keperawatan merupakan hal yang penting karena dengan perawat patuh, maka penularan penyakit dapat dicegah, dapat membantu proses penyembuhan pasien, akan tetapi bila perawat tidak patuh maka resiko penularan dapat terjadi dan tidak menutup kemungkinan proses kesembuhan pasien akan lama. Patuh merupakan suatu sifat yang berfungsi untuk mendorong seseorang taat terhadap suatu ketentuan atau aturan. Kepatuhan  perawat pelaksana di rumah sakit masih rendah dalam melakukan cuci tangan saat melakukan tindakan keperawatan pada pasien (Aditama, 1998).
Studi di Amerika Serikat menunjukkan tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci tangan masih sekitar 50% dan di Australia masih sekitar 65% (perdalin, 2010). Prevalensi Nasional berperilaku benar dalam cuci tangan adalah 23,2 % (Riskesda, 2007). Program cuci tangan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang sudah sejak tahun 2008 tetapi sampai saat ini kepatuhan perawat melakukan cuci tangan hanya sekitar 60%. (Perdalin, 2010) Penelitian terkait yang dilakukan oleh Nurul (2009), menunjukkan bahwa pengetahuan perawat tentang cuci tangan tergolong baik (83,33%), Kepatuhan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan sangat rendah (33,33%), cuci tangan sebelum melakukan tindakan tergolong rendah (8,3%). Kecakapan perawat dalam melakukan cuci tangan tergolong baik (58,33%).
Kepatuhan perawat terhadap tata laksana cuci tangan di rumah sakit masih rendah. Hasil observasi terhadap 33 responden hanya tujuh perawat yang patuh terhadap penatalaksanaan cuci tangan (Laras, 2008). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yunus (2008), tentang “Gambaran Perilaku Cuci Tangan Perawat Selama Pelaksanaan Tindakan” menunjukan hasil bahwa perawat yang melakukan cuci tangan sebelum melakukan tindakan tergolong rendah yaitu hanya (8,3%).
Hasil prasurvey yang dilakukan di beberapa rumah sakit di daerah Pringsewu Lampung pada tanggal 10 – 15 desember 2012 dengan hasil baik, tetapi, tingkat kepatuhan perawat yang masih tergolong rendah di RS X Pringsewu. Dari 15 perawat, terdapat 13 perawat pelaksana yang tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan. Oleh karena itu Kepatuhan perawat untuk melakukan cuci tangan pada setiap tindakan keperawatan di RS X Pringsewu masih sangat rendah. Berdasarkan data dan prasurvey yang peneliti lakukan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Studi Observasi Kepatuhan Perawat untuk Melakukan Cuci Tangan pada setiap tindakan Keperawatan di RS X Pringsewu.
B. Rumusan Masalah
Prevalensi Nasional berperilaku benar dalam cuci tangan hanya 23,2 % dan  berdasarkan hasil penelitian terkait tentang kepatuhan mencuci tangan perawat dalam melakukan tindakan keperawatan masih sangat rendah serta hasil prasurvey yang dilakukan oleh peneliti di RS X Pingsewu pada tanggal 10 – 15 desember 2012 dari 15 perawat, terdapat 13 perawat pelaksana yang tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan. Ini berarti tingkat kepatuhan perawat untuk mencuci tangan masih perlu ditingkatkan, agar dapat mencegah terjadinya penyebaran infeksi. Serta dapat meningkatkan atau mempercepat kesembuhan pasien. Berdasarkan uraian diatas, dapat di simpulkan rumusan masalah “Bagaimanakah Gambaran kepatuhan perawat untuk melakukan cuci tangan pada setiap tindakan keperawatan di RS X Pringsewu ?”
C.  Tujuan Penelitian
1.    Tujuan Umum
Diketahuinya Gambaran kepatuhan perawat untuk melakukan cuci tangan pada setiap tindakan keperawatan di Rumah Sakit X Pringsewu Lampung.
2.    Tujuan Khusus
  • Mengidentifikasi perawat dalam mencuci tangan sebelum melakukan tindakan di Rumah Sakit X Pringsewu Lampung.
  • Mengetahui Kepatuhan perawat untuk melakukan cuci tangan pada setiap tindakan keperawatan di Rumah Sakit X Pringsewu Lampung.

D.  Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat digunakan Sebagai bahan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada pasien rawat inap maupun keluarganya.
2. Bagi Perawat
Sebagai masukan dalam menerapkan prosedur cuci tangan dan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
3. Bagi Pasien
Menurunkan resiko kejadian Penyebaran Infeksi sehingga diharapkan dapat memperpendek hari perawatan di rumah sakit.
4.   Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dan untuk menambah wawasan bagi mahasiswa kesehatan. Khususnya mahasiswa ilmu keperawatan dalam upaya untuk mencegah terjadinya Penyebaran Infeksi karena ketidakpatuhan perawat dalam melakukan cuci tangan.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil ini dapat digunakan untuk pedoman atau gambaran awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

0 Response to "STUDI OBSERVASI KEPATUHAN PERAWAT UNTUK MELAKUKAN CUCI TANGAN PADA SETIAP TINDAKAN KEPERAWATAN"

Post a Comment

jangan lupa komentar nya gan :)