BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada umumnya mahasiswa bingung
dalam hal menemukan judul atau masalah dalam menyusun proposal atau pun jurnal
penelitian. Banyak macam desain penelitian yang bisa digunakan. Salah satunya
desain penelitian dengan pendekatan survey analitik. Survey analitik dibagi
menjadi beberapa sub bagian diantaranya ;
Cross Sectinal, Case Control Cohort.
Deskriptif cross sectional hanya sekedar mendesripsikan
distribusi penyakit dihubungkan dengan variabel penelitian, sedangkan
analitik
crossectional : diketahui dengan jelas mana yang jadi pemajan dan outcome, serta
jelas kaitannya hubungan sebab akibatnya.
Pada makalah ini kami dari
kelompok 5 akan membahas secaradetail tentang desain penelitian dengan
pendekatan Cross Sectional.
B. TUJUAN
1.
Agar mahasiswa mengerti pengertian desain penelitian
dengan Cross Sectional
2.
Agar mahasiswa memahami bagaimana penggunaan nya
dalam melakukan penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Survey Cross Sectional ialah suatu penelitian untuk
mempelajari dinamika korelasi antara resiko dengan efek, dengan cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point
time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja
dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada
saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati
pada waktu yang sama. Desain ini dapat mengetahui dengan jelas mana yang jadi
pemajan dan outcome, serta jelas kaitannya hubungan sebab akibatnya
(Notoatmodjo, 2002).
Penelitian Cross Sectional ini, peneliti hanya mengobservasi
fenomena pada satu titik waktu tertentu. Penelitian yang bersifat eksploratif,
deskriptif, ataupun eksplanatif, penelitian Cross Sectional mampu menjelaskan
hubungan satu variabel dengan variabel lain pada populasi yang diteliti,
menguji keberlakuan suatu model atau rumusan hipotesis serta tingkat perbedaan
di antara kelompok sampling pada satu titik waktu tertentu. Namun
penelitian cross-sectional tidak
memiliki kemampuan untuk menjelaskan dinamika perubahan kondisi atau hubungan
dari populasi yang diamatinya dalam periode waktu yang berbeda, serta variabel
dinamis yang mempengaruhinya (Nurdini, 2006).
B. Tujuan Penelitian Cross Sectional
Tujuan penelitian crossesctional menurut Budiarto (2004)
yaitu sebagai berikut:
- Mencari prevalensi serta indisensi satu atau beberapa penyakit tertentu yang terdapat di masyarakat.
- Memperkirakan adanya hubungan sebab akibat pada penyakit-penyakit tertentu dengan perubahan yang jelas.
- Menghitung besarnya resiko tiap kelompok, resiko relatif, dan resiko atribut.
C. Perbedaan Cross Sectional
Deskriptif cross sectional hanya sekedar mendesripsikan
distribusi penyakit dihubungkan dengan variabel penelitian, sedangkan analitik
crossectional: diketahui dengan jelas mana yang jadi pemajan dan outcome, serta
jelas kaitannya hubungan sebab akibatnya. Contoh penelitian deskriptif cross
sectional adalah angka kejadian diare di Desa X tahun 2001 dan contoh penelitian
analitik cross sectional adalah
hubungan pendidikan orang tua dengan kejadian diare yang diukur pada waktu
bersamaan.
D. Ciri-Ciri Penelitian Cross Sectional
Ciri-ciri penelitian cross sesctional menurut
Budiarto (2004) yaitu sebagai berikut:
- Pengumpulan data dilakukan pada satu saat atau satu periode tertentu dan pengamatan subjek studi hanya dilakukan satu kali selama satu penelitian.
- Perhitungan perkiraan besarnya sampel tanpa memperhatikan kelompok yang terpajan atau tidak.
- Pengumpulan data dapat diarahkan sesuai dengan kriteria subjek studi. Misalnya hubungan antara Cerebral Blood Flow pada perokok, bekas perokok dan bukan perokok.
- Tidak terdapat kelompok kontrol dan tidak terdapat hipotesis spesifik.
- Hubungan sebab akibat hanya berupa perkiraan yang dapat digunakan sebagai hipotesis dalam penelitian analitik atau eksperimental.
E. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian Cross Sectional
1. Kekuatan penelitian cross sectional yang dikutip dari
Sayogo (2009) adalah sebagai berikut:
- tudi cross sectional memungkinkan penggunaan populasi dari masyarakat umum, tidak hanya para pasien yang mencari pengobatan, hingga generalisasinya cukup memadai
- Relatif murah dan hasilnya cepat dapat diperoleh
- Dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel sekaligus
- Jarang terancam loss to follow-up (drop out)
- Dapat dimasukkan ke dalam tahapan pertama suatu penelitian kohort atau eksperimen, tanpa atau dengan sedikit sekali menambah biaya
- Dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang bersifat lebih konklusif
- Membangun hipotesis dari hasil analisis
2. Kelemahan penelitian cross sectional yang dikutip dari
Sayogo (2009) adalah sebagai berikut:
- Sulit untuk menentukan sebab akibat karena pengambilan data risiko dan efek dilakukan pada saat yang bersamaan (temporal relationship tidak jelas)
- Studi prevalens lebih banyak menjaring subyek yang mempunyai masa sakit yang panjang daripada yang mempunyai masa sakit yang pendek, karena inidividu yang cepat sembuh atau cepat meninggal mempunyai kesempatan yang lebih kecil untuk terjaring dalam studi
- Dibutuhkan jumlah subjek yang cukup banyak, terutama bila variabel yang dipelajari banyak
- Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidensi maupun prognosis
- Tidak praktis untuk meneliti kasus yang jarang
- Tidak menggambarkan perjalanan penyakit
F. Rancangan Penelitian Cross Sectional
Penelitian cross sectional adalah sesuatu penelitian dimana
variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan variabel-variabel yang
termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama. Oleh karena itu,
rancangan (desain) penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Dari skema di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah
penelitian cross sectional dalah sebagai berikut (Notoatmodjo, 2002):
- Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian dan mengidentifikasi faktor resiko dan faktor efek.
- Menetapkan subjek penelitian.
- Melakukan observasi atau pengukuran variabel-variabel yang merupakan faktor resiko dan efek sekaligus berdasarkan status keadaan variabel pada saat itu (pengumpulan data).
- Melakukan analisis korelasi dengan cara membandingkan proporsi antar kelompok-kelompok hasil observasi (pengukuran).
G. Contoh Penelitian Cross Sectional
Contoh sederhana: ingin mengetahui hubungan
antara anemia besi pada ibu hamil dengan berat badan bayi lahir (BBL), dengan
menggunakan rancangan atau pendekatan cross sectional (Notoatmodjo, 2002).
- Tahap pertama: mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti dan kedudukkannnya masing-masing:
1. Variabel dependen
(efek): Berat badan bayi lahir
2. Variabel independen
(resiko): Anemia besi
- Tahap Kedua: menetapakan studi penelitian atau populasi dan sampelnya. Subjek penelitian disini adalah ibu-ibu yang baru melahirkan, namun perlu dibatasi dari daerah mana mereka ini dapat diambil, apakah lingkup di Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Bersalin, atan Rumah Bersalin. Demikian pula batas waktunya juga ditentukan. Kemudian cara pengambilan sampelnya, apakah bedasarkan teknik random atau non random
- Tahap Ketiga: melakukan pengumpulan data, observasi atau pengukuran terhadap variabel dependen dan independen (dalam waktu yang sama). Caranya, mengukur berat badan bayi yang baru dilahirkan dan memeriksa Hb darah ibu.
- Tahap Keempat: mengolah dan menganalisis data dengan cara
membandingkan anatara berat badan bayi lahir dengan Hb darah ibu. Dari analisis
ini akan diperoleh bukti adanya atau tidak adanya hubungan antara anemia besi
dengan berat badan bayi lahir.
Contoh penelitian Cross sectional bersifat analitik yang dikutip dalam Budiarto (2004) yaitu hubungan antara anemia dengan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Pada setiap ibu hamil yang akan melahirkan dilakukan pemeriksaan Hb kemudian setelah bayi lahir ditimbang berat badannya. Kriteria inklusi adalah persalinan normal/fisiologis dengan kehamilan yang cukup bulan. Batasan untuk anemia adalah Hb kurang dari 11gr%.
Anemia
|
Jumlah Resiko
|
|||
-
|
15
|
85
|
100
|
0,15
|
-
|
8
|
92
|
100
|
0,08
|
Jumlah
|
23
|
177
|
200
|
RR 1,9
|
Hasil dari tabel tersebut menunjukkan bahwa resiko anemia
terhadap BBLR 2 kali lebih besar dibandingkan dengan tidak anemia. Resiko
atribut (RA) = 0,15 – 0,08 = 0,07. Ini berarti bahwa resiko BBLR yang dapat
dihindarkan bila tidak terjadi anemia pada ibu hamil sebesar 0,007.
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian yaitu dengan
uji Chi-Square. Uji Chi-Square berguna
untuk menguji hubungan atau pengaruh dua buah variabel nominal dan mengukur
kuatnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel nominal lainnya
(Wijayanto, 2009).
Dari hasil
perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
anemia dan BBLR. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional karena pengumpulan data dilakukan pada waktu
yang hampir bersamaan, tetapi bersifat analitis karena dilakukan analitis
seperti penelitian kohor. Kelemahan penelitian ini antara lain tidak diketahui
apakah anemia terjadi sebelum hamil atau setelah hamil dan komparabilitas kedua
kelompok tidak dapat dilakukan, misalnya tingkat pendidikan, makanan yang
dikonsumsi, sosial ekonomi, dan lain-lain yang mungkin berpengaruh
terhadap terjadinya anemia (Budiarto, 2004).
DAFTAR PUSTAKA
Notoadmojo,
Soekidjo.2002.Metode Penelitian.Jakarta : Redika Citra
Setiadi.2002.konsep dan Praktik penulisan Riset
keperawatan,ED: kedua, Yogyakarta:Graha Ilmu
Anonym,yoseph-dmc21.blogspot.com
Hari sabtu,
pukul : 21.00 WIB
0 Response to "METODOLOGI PENELITIAN “CROSS SECTIONAL”"
Post a Comment
jangan lupa komentar nya gan :)